Wednesday, September 5, 2012


QUR-AN, HADITS & SAINS MODERN                          (1/2)
 
Qur-an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum
Islam.  Ketika  Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau
meninggal, ada sumber tambahan yaitu  tindakan-tindakan  dan
ucapan-ucapan Nabi.
 
Informasi tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada
tradisi mulut; orang-orang yang  mengambil  initiatif  untuk
mengumpulkannya  dalam  suatu  teks  mengadakan penyelidikan
yang  rumit  jika  tradisi  lisan  tersebut  akan  dijadikan
tulisan tentang kejadian-kejadian.
 
Dalam  mengumpulkan  informasi  tersebut mereka sangat gigih
mencari kebenaran; hal ini  dapat  dibuktikan  dengan  fakta
bahwa  dalam  tiap  riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad
atau  kata-katanya,  terkumpul  nama-nama  orang-orang  yang
mempunyai  reputasi  baik  yang melaporkan riwayat tersebut,
dan urutan nama-nama itu  menanjak  sampai  kepada  keluarga
Nabi   atau  sahabat-sahabat  yang  menjadi  sumber  pertama
daripada informasi itu.
 
Dengan cara tersebut, muncullah  kumpulan-kumpulan  tindakan
dan   ucapan-ucapan  Nabi,  yaitu  yang  biasanya  dinamakan
"Hadits"  arti  kata  itu  adalah  "kata-kata"  tetapi  yang
dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan.30
 
Kumpulan-kumpulan  Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun
setelah  wafatnya  Nabi  Muhammad;  yang  muncul  pada  abad
pertarna  Hijriyah  sangat  terbatas. Kumpulan-kumpulan yang
lebih penting baru muncul dua  abad  sesudah  Nabi  Muhammad
wafat.  Dengan  begitu  maka  kumpulan  Hadits  yang memberi
informasi yang paling lengkap  bukan  kumpulan  yang  paling
dekat  kepada  zaman  Nabi  Muhammad.  Kumpulan  Bukhary dan
Muslim yang diselenggarakan lebih  dari  200  tahun  sesudah
wafatnya  Nabi  Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas
dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap  yang
paling  autentik  setelah  Qur-an.  Haudas dan Marcais telah
menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903
dan  1904,  dengan  judul:  Les  Traditions Islamiques. Pada
akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab  dan
terjemahan  Inggris  oleh  Dr.  Mohammad  Muhsin  Khan, dari
Universitas Islam di  Medina.  Dengan  begitu  Hadits  dapat
dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita
perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan
yang  dilakukan  oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang
Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan  yang  tidak
merupakan  terjemahan  akan  tetapi  merupakan interpretasi;
malahan  kadang-kadang  mereka  itu  merubah   arti   Hadits
sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.
 
Dari   segi   asal   mulanya,   orang   dapat  membandingkan
kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam  buku
itu mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis
oleh pengarang-pengarang yang  tidak  merupakan  saksi  mata
kejadian  yang  mereka  laporkan;  dan  kedua: telah ditulis
setelah lama kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana
halnya  dengan Injil, Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat
diterima sebagai  autentik.  Hanya  jumlah  kecil  dipandang
autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan dalam satu kumpulan kita
dapat menemukan Hadits-hadits  autentik  di  samping  Hadits
yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.
 
Berbeda dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal
oleh umat Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits  walaupun
yang  dianggap  paling  autentik,  pada  suatu  waktu  dalam
sejarah Islam, telah merupakan  sasaran  kritik  tajam  dari
para  ahli  pikir  Islam.  Tetapi Qur-an, tetap menjadi buku
yang  pokok  dan  tak  dapat   dipersoalkan   lagi   tentang
kebenarannya.
 
Saya  menganggap  penting  untuk  menyelidiki dalam kumpulan
Hadits-hadits  tersebut,  bagaimana  di  luar  wahyu  Ilahi,
Muhammad  diriwayatkan  telah  membicarakan  soal-soal  yang
pengetahuan  modern  baru  dapat  membuka  rahasianya   pada
beberapa  abad  sesudahnya  Saya  sangat membatasi diri, dan
hanya penyelidikan  Hadits  yang  biasanya  dianggap  paling
autentik,  yaitu  kumpulan  Hadits  Bukhari;  sebabnya ialah
karena saya selalu berpikir bahwa karena  Hadits-hadits  itu
banyak  yang  disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi
oral, maka mereka dapat meriwayatkan fakta-fakta  yang  sama
akan tetapi dengan cara berbeda berhubungan dengan kesalahan
orang-orang  yang  meriwayatkannya.  Hal  tersebut   berbeda
dengan  Hadits  yang  diriwayatkan oleh rawi-rawi yang besar
jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits autentik.
 
Saya menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam  hal-hal
yang  pernah kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern.
Hasil penyelidikan saya sangat  jelas.  Ada  perbedaan  yang
sangat  besar antara pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok
jika dihadapkan dengan Sains modern  dan  pernyataan  Hadits
dalam bidang sama yang sangat mudah dikritik.
 
Hadits yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur-an
kadang-kadang memberi penjelasan  yang  tak  dapat  diterima
sekarang.
 
Ada  satu  Hadits  Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38
(Surat  Yassin)  yang  telah  kita  bicarakan  dalam   fasal
Astronomi, dengan tafsiran sebagai berikut: "Ketika matahari
terbenam, ia sujud di bawah Arasy Tuhan. Matahari minta izin
untuk  mengulangi  perjalanannya,  dan  sujud  sekali  lagi.
Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan bangun
kembali  dari  Timur."  Teks  aslinya adalah kabur dan sukar
diterjemahkan. (Kitab permulaan penciptaan, fasal 54, bab  4
no.  421).  Bagaimanapun  juga,  Hadits  tersebut mengandung
khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya  dengan
bumi.  Sains  telah  menunjukkan  bahwa  yang  benar  adalah
sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits  tersebut  tidak
autentik.
 
Dalam  fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54
bab 6  no.  430,  terdapat  keterangan  tentang  tahap-tahap
pertama  daripada  perkembangan  embriyo. Keterangan tentang
waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu
tahap  untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia,
lamanya 40 hari, satu tahap di  mana  embryo  itu  merupakan
"sesuatu  yang  melekat"  lamanya 40 hari, dan satu tahap di
mana embryo menjadi seperti  daging  yang  dikunyah  lamanya
juga  40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk
menentukan hari kemudian embryo  itu,  suatu  ruh  ditiupkan
dalam embryo tersebut. Gambaran perkembangan embriyo seperti
tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.
 
Kecuali dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa
madu  itu  mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit
apa), Qur-an  tidak  memberi  tuntunan  tentang  pengobatan.
Tetapi   Hadits  memberikan  tempat  yang  luas  untuk  soal
obat-obatan.
 
Dalam kumpulan Hadits Bukhary ada  suatu  bab  khusus  untuk
obat-obatan  (bab  76).  Dalam terjemahan Houdas dan Marcais
hal tersebut terdapat dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91,  dan
dalam  bukunya  Dr.  Muhammad  Muhsin Khan dengan terjemahan
Inggris  terdapat  dalam  jilid  7  halaman  395  s/d   452.
Halaman-halaman    tersebut    memberi    gambaran   tentang
pendapat-pendapat   orang   pada   waktu   Hadits   tersebut
dikumpulkan   mengenai  soal-soal  yang  berhubungan  dengan
obat-obatan. Orang dapat  menambahkan  kepada  hadits-hadits
dalam  bab  tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam
bagian-bagian lain daripada kumpulan Hadits Bukhary.
 
Dalam  hadits-hadits  yang  saya  sebutkan  terakhir   tadi,
terdapat  pemikiran-pemikiran  tentang  sihir,  mata  jahat,
pengusiran  setan  dan  lain-lain,  walaupun  Qur-an   telah
membatasi  hal-hal  tersebut.  Terdapat  suatu  hadits  yang
mengatakan bahwa  buah  kurma  dapat  menjaga  manusia  dari
pengaruh  sihir,  dan  dapat  menyembuhkan  gigitan binatang
berbisa.
 
Kita  tidak  perlu  heran  karena  dalam  zaman  teknik  dan
farmakologi   belum   maju,  kita  menemukan  anjuran  untuk
praktek-praktek  yang  sederhana  atau  obat-obatan  alamiah
seperti  cantuk  (Hijamah) atau cara lain untuk mengeluarkan
darah kotor,  mengobati  luka  dengan  api,  mencukur  untuk
mengobati  penyakit  kulit, meminum susu onta, biji tertentu
atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu  semacam  tumbuh-tumbuhan
(untuk   menghentikan  darah  keluar).  Dalam  keadaan  yang
berbahaya, orang perlu menggunakan segala  cara  yang  dapat
dilakukan,  dan yang memang berguna. Tetapi saya rasa kurang
baik untuk menganjurkan minum kencing onta.
 
Kita  juga  kurang   setuju   dengan   penjelasan-penjelasan
mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh:
 
Asalnya  penyakit  panas badan: empat orang saksi menguatkan
pernyataan bahwa: panas badan itu datangnya dari api  neraka
(Kitab pengobatan fasal 28).
 
Adanya obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan
penyakit  kecuali  ia   juga   menurunkan   obatnya   (Kitab
pengobatan fasal 1). Contoh konsepsi ini adalah Hadits lalat
(Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab permulaan  penciptaan,
bab  54,  fasal  15,  16).  Jika  ada lalat jatuh dalam satu
wadah, lalat itu  harus  ditenggelamkan  seluruhnya,  karena
satu   sayapnya   mengandung   racun,  dan  yang  satu  lagi
mengandung penawar, lalat mula-mula membawa  racun  kemudian
membawa obat.
 
Keguguran  itu  disebabkan  karena  si  hamil  melihat  ular
tertentu  (ular  itu   juga   menyebabkan   kebutaan).   Ini
disebutkan  dalam  Kitab  permulaan penciptaan, fasal 13 dan
14.
 
Mengeluarkan darah di luar waktu haid. Kitab  Haid  fasal  6
memuat Hadits tentang sebab mengeluarkan darah di luar waktu
haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini mengenai dua orang wanita.
Dalam   satu   kasus,   tanpa  perincian,  mengenai  symptom
tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah  itu  sebabnya
karena  suatu  saluran  darah  ('irq);  dalam kasus lainnya,
yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar
haid  selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan
kembali. Orang dapat membuat  hipotesa  tentang  sebab  yang
sesungguhnya  tentang  symptom  tersebut,  tetapi  mengingat
zaman  Hadits  Nabi  Muhammad  tersebut,  kita   tak   dapat
menggambarkan  bagaimana diagnosa tersebut didasarkan kepada
suatu argumen. Bagiamanapun juga hal ini mungkin juga benar.
 
Tak  adanya  penyakit  menular,  kumpulan   Hadits   Bukhary
menyebutkan  dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19,
25, 30 31, 53 dan 54 kitab pengobatan, bab 76),  kasus-kasus
khusus seperti lepra, pest, kolera, penyakit kulit onta, dan
juga penyakit menular secara umum. Pemikiran tentang hal-hal
tersebut  mengandung  pernyataan  yang  kontradiksi. Tetapi,
terdapat juga suara anjuran supaya  orang  jangan  pergi  ke
tempat  di  mana  wabah  pest  berjangkit,  dan supaya orang
menjauhi orang yang terserang penyakit lepra.31
 
Dengan  begitu,  kita  dapat  mengambil  kesimpulan  tentang
adanya  hadits  yang  tak  dapat diterima. Tetapi di samping
kesangsian  tentang  kebenaran   hadits   tersebut,   dengan
disebutkannya  di  sini  kita  mendapat  faedah  yaitu bahwa
dengan memperbandingkannya  dengan  pernyataan  ilmiah  yang
terdapat  dalam  Qur-an,  kita  mengerti bahwa hadits-hadits
tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat.  Konstatasi
ini mempunyai arti yang besar.
 
Kita  harus  ingat  bahwa  ketika  Nabi  Muhammad meninggal,
ajaran-ajaran yang diterima oleh para  sahabat  dari  beliau
dapat dibagi menjadi dua kelompok:
 
Pertama,  banyak  pengikut  Nabi  yang  hafal Qur-an seperti
beliau dan selalu mengulangi pembacaannya;  di  samping  itu
terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an yang dibuat waktu Nabi
Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.
 
Kedua,  anggauta-anggauta   dari   sahabat-sahabatnya   yang
terdekat, dan beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan
dan kata-katanya, mereka  itu  memelihara  apa  yang  mereka
saksikan  atau dengarkan, dan menjadikannya sebagai sandaran
di samping Qur-an, untuk menetapkan doktrin dan  hukum  yang
sedang tumbuh.
 
Dalam   tahun-tahun   sesudah  meninggalnya  Nabi  Muhammad,
teks-teks, tentang  dua  macam  ajaran  yang  ia  tinggalkan
bermunculan.  Kumpulan  Hadits  yang pertama muncul 40 tahun
setelah Nabi meninggal, akan tetapi sebelum teks itu muncul,
Qur-an  sudah  dikumpulkan  lebih dahulu pada zaman Abubakar
dan Umar.  Utsman  membuat  teks  definitif  pada  waktu  ia
memerintah;  yakni  antara  tahun  12  dan  24  sesudah Nabi
meninggal.
 
Yang perlu digaris  bawahi  adalah  perbedaan  antara  kedua
macam  teks  dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya
tak mungkin diadakan perbandingan dari segi style Qur-an dan
susunan  tata  Hadits. Dan lagi jika kita mernbandingkan isi
daripada dua teks  tersebut  dengan  menghadapkannya  kepada
hasil-hasil  Sains  modern, kita akan heran karena perbedaan
yang  sangat  besar.  Saya   harap   saya   telah   berhasil
menunjukkan perbedaan antara:
 
Di  satu  pihak,  pernyataan  Qur-an  yang  sering kelihatan
remeh;  tetapi  jika   diselidiki   secara   ilmiah   dengan
hasil-hasil     Sains     modem    akan    ternyata    bahwa
pernyataan-pernyataan itu menunjukkan hal-hal yang  kemudian
dibenarkan oleh Sains.
 
Di  lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya
sesuai  dengan  cara  berfikir  pada   waktu   itu;   tetapi
mengandung  pernyataan-pernyataan  yang sekarang tidak dapat
diterima  secara   ilmiah.   Pernyataan-pemyataan   tersebut
terselip  dalam  doktrin  dan  hukum  Islam yang semua orang
menganggap autentik dan tak berani mempersoalkannya
 
Akhirnya, kita harus mengetahui bahwa  sikap  Nabi  Muhammad
terhadap  Qur-an sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap
ucapan-ucapan  beliau  pribadi.   Qur-an   tidak   merupakan
fatwa-fatwa beliau. Qur-an adalah wahyu Ilahi. Nabi menyusun
bagian-bagian Qur-an dalam  waktu  kurang  lebih  dua  puluh
tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita lihat.
Qur-an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad
masih  hidup.  dan  harus  dihafalkan untuk dijadikan bacaan
sembahyang. Adapun Hadits yang disajikan  sebagai  hal  yang
menunjukkan  tindakan dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan
kepada  pengikutnya  untuk  menjadi  contoh  dalam  tindakan
mereka dan untuk ditulis sebagaimana mereka fahami. Ia tidak
memberi pengarahan dalam hal ini.
 
Oleh karena hanya  jumlah  tertentu  daripada  hadits  dapat
dianggap  secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka
kebanyakan hadits hanya menunjukkan  hal-hal  yang  dianggap
benar  oleh orang-orang pada zaman dahulu, khususnya tentang
hal-hal ilmiah yang telah disebutkan dalam ketabiban. Dengan
membandingkan  teks  hadits  dengan  teks Qur-an, kita dapat
membedakan antara Qur-an dan hadits  yang  tidak  benar  dan
tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar
antara tulisan-tulisan pada  waktu  itu  yang  penuh  dengan
kekeliruan-kekeliruan  ilmiah,  dengan  Qur-an,  wahyu  yang
sudah dibukukan  dan  yang  bebas  dari  kesalahan-kesalahan
ilmiah.
                                            
Ketika penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi
pemikiran Islam  di  Aljazair  pada  bulan  September  1978,
pengarang  berpesan  agar  paragraf  dibawah ini ditambahkan
dalam Bab Qur-an, Hadits dan  Sains  modern.  Dalam  cetakan
keenam,  (bahasa  Perancis)  paragraf  tersebut memang telah
dimuat.
 
Kebenaran Hadits  dari  segi  keagamaan  sama  sekali  tidak
menjadi  persoalan.  Tetapi  jika  Hadits  itu  membicarakan
soal-soal profane (bukan  agama),  maka  tak  ada  perbedaan
antara  Nabi  Muhammad  dan  manusia  lainnya. Sebuah Hadits
meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai berikut: "Jika
aku  berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah, dan
jika  aku  menyampaikan  sesuatu  hal  yang   berasal   dari
pendapatku   sendiri,  ingatlah  bahwa  aku  adalah  seorang
manusia." Al Saraksi dalam bukunya  "al  Usul"  menafsirkan,
sebagai  berikut:  "Jika aku memberi tahu tentang hal agama,
kerjakanlah menurut keteranganku dan  jika  aku  memberitahu
tentang  soal-soal  keduniaan,  maka sesungguhnya kamu lebih
tahu tentang urusan keduniaanmu."

0 komentar:

Post a Comment